oleh
Lalu Baharuddin
Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
2015-2016
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASKEP LOW BACK PAIN (LBP)
1.1 Definisi
Low
Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu gangguan musculoscletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik. Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena
yang sering terjadi pada mahasiswa (Lukman, 2009).
Low Back Pain
adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back
pain (LBP) adalah
nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh terdesaknya para
vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus, osteoartritis
dari lumbal sakral pada tulang belakang.
(Brunner & Suddarth.2002
Menurut Arif Muttaqin, (2008) Herniasi Nukleus
Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus pulposus keluar menonjol kemudian
menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan
suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada
diskus invertebralis/diskogenik.
Low
back pain dapat
berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul secara
mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang
iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai.
1.2 Klasifikasi
NPB
disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai
berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat
klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami
kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut: 6
1.
Viserogenik : NPB yang bersifat viserogenik disebabkan
oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal.
2.
Neurogenik : NPB yang bersifat neurogenik disebabkan
oleh keadaan patologik pada saraf yang dapat menyebabkan NPB.
3.
Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular
perifer dapat menimbulkan NPB atau nyeri yang menyerupai iskialgia.
4.
Psikogenik : NPB psikogenik pada umumnya disebabkan
oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara
kecemasan dan depresi.
5.
Spondilogenik : NPB spondilogenik ini ialah suatu
nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis
yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis
(diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio
sakroiliaka.
1.3 Etiologi
Penyebab low back pain bermacam-macam dan
multifaktor. Diantaranya adalah:
1. Kelainan
kongenital
a. Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada
spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu (in utero)
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada
spondilolitesis, korpus vertebrae itu sendiri (biasanya L5) tergeser ke depan.
Walaupun
kejadian ini terjadi sewaktu bayi masih berada dalam kandungan, namun (oleh karena
timbulnya kelainan-kelainan degeneratif) sesudah berumur 35 tahun, barulah
timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri ini dapat berkurang atau hilang bila
penderita duduk atau tidur dan bertambah parah jika penderita berdiri atau
berjalan.
b. Spondylosis lumbal
Penyakit
sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis,
yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
c Spondylitis
Suatu bentuk
degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini merupakan penyakit
sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan
menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi
dengan osifikasi sendi tulang belakang.
2. Trauma dan
gangguan mekanis
Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak
melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Adanya
fraktur pada salah satu prosesus tranversus pada orang-orang yang melakukan
kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan juga dapat menjadi penyebab nyeri
pinggang bagian bawah (low back pain).
Selain itu pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat
mengganggu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga dapat
timbul nyeri pinggang.
3. Radang
(inflamasi)
Artritis
rematoid dapat melibatkan persendian sinoval pada vertebra. Artritis rematoid
merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
4. Tumor
(neoplasma)
Tumor
vertebra dan medulla spinalis dapat jinak ataupun ganas. Pada tumor jinak dapat
mengenai tulang atau jaringan lunak yang menimbulkan nyeri yang menetap. Sifat
nyeri pada tumor ganas lebih hebat daripada tumor jinak.
5. Gangguan
metabolik
Osteoporosis
akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri pada
pinggang yang dapat disebabkan oleh karena kekurangan protein ataupun oleh
gangguan hormonal misalnya menupause.
6. Psikis
Banyak
gangguan psikis yang dapat memberikan gejalan low back pain, misalnya ansietas yang dapat menyebabkan tegang otot
yang mengakibatkan rasa nyeri, misalnya di kuduk atai di pinggang. Rasa nyeri
ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan ansietas dan di ikuti
oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.
1.4 Patofisiologi
1.
Mekanisme
terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2
macam
a.
Nyeri Nosiseptif
b.
Nyeri Neuropatik
Bangunan peka
nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3 bangunan luar
annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum
kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung
nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila
reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan
pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan
timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah
pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu
mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang
membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus
menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu
kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan
akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri
nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai
jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan
nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh
aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
2.
Mekanisme Nyeri
Neurepatik Pada LBP
Nyeri
neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP
berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus
Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau
jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan
oleh tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat
2 kemungkinan:
a. Penekanan hanya
terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut
syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap,
misalnya karena pergerakan.
b. Penekanan sampai mengenai serabut
syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik
melalui pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas SSA
menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar nosiseptor),
akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah
lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi menyebabkan
timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal
maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan juga pembentukan
reseptor adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu memperberat nyeri.
Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sepontan
seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang
membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti hiperal dan
alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga
disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB.
Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama
disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan
peningkatan cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.
1.5 Woc
1.6 Tanda Dan
Gejala
1. Perubahan dalam gaya berjalan
a) Berjalan terasa kaku
b) Tidak bias memutar punggung
c) Pincang
2. Persyarapan
a) Ketika dites dengan cahaya dan
sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi
mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b) Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3. Nyeri
a) Nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari dua bulan
b) Nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit
c) Nyeri otot dalam
d) Nyeri menyebar kebagian bawah
belakang kaki
e) Nyeri panas pada paha bagian
belakang atau betis
f) Nyeri pada pertengahan bokong
g) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat
1.7 Penatalaksanaan
1.
Fungsi lumbal
Untuk mengetahui warna cairan
serebrospinal (jernih air, kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan
atau hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau parsial, jumlah
sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
2.
Foto rontgen
Untuk mengidentifikasi adanya
fraktur korpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus, juga adanya dislokasi
vertebra, spionfilolistesis, bamboo spine destruksi vertebra, HNP
3. Computed tomografhy ( CT )
Berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
4. Ultrasonography
Dapat membantu mendiagnosa
penyempitan kanalis spinalis.
5. Magneting resonance imaging ( MRI )
Memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
6. Meilogram dan discogram
Untuk mengetahui diskus yang
mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
7. Venogram efidural
Digunakan untuk mengkaji penyakit
diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
8. Elektromiogram (EMG)
Digunakan untuk mengevaluasi
penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati).
1.8 Pemeriksaan
Penunjang
1.
Penata
Laksanaan Keperawatan.
a.
Informasi dan edukasi.
b.
Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya
tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas,
modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi
tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus),
alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
c.
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri
(TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi
vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2.
Medis
a.
Formakoterapi.
·
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle
relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid)
untuk nyeri radikuler
·
NPB kronik : antidepresan trisiklik
(amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non
bedah
·
Blok saraf dengan anestetik lokal
(radikulopati)
·
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 %
(nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable)
c.
Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
o
Skiatika dengan terapi konservatif
selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
o
Defisit neurologik memburuk.
o
Sindroma kauda.
·
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif
tidak berhasil
·
Terbukti adanya kompresi radiks
berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik.
2.1 Konsep Asuhan
Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
1.
Identitas pasien
a.
Nama
b.
Umur
c.
Jenis kelamin
d.
Pekerjaan
e.
Suku
f.
alamat
2.
Keluhan utama :
Biasanya pasien mengatakan nyeri
punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan, nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
3.
Lingkungan Pekerjaan
a)
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan yang mengharuskan
pekerjanya duduk terlalu lama dan jenis pekerjaan yang mengangkat beban berat
misalnya kuli pasar yang mengangkat beban di bahunya lebih dari 25kg sehari
akan memperbesar timbulnya keluhan nyeri pinggan (low back pain).
Faktor resiko di tempat kerja yang
banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama
bekerja, getaran, dan kerja statis.
b)
Aktifitas fisik
Ada banyak hal yang menyebabkan
nyeri pinggang, diantaranya adalah aktivitas fisik yang berlebihan, seperti ;
mengangkat benda/beban berat, membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat
beraktivitas, seperti; naik tangga, duduk dan berdiri dari tempat duduk
(seperti masuk dan keluar dari mobil, bak mandi, tempat tidur), memutarkan
badan terlalu keras, membungkukkan badan ke depan, berlari, dan berjalan dengan
kecepatan yang berlebihan.
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada
posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya; pada pekerja
kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada
kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada
waktu menulis.
Posisi berdiri yang salah yaitu
berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti
tidur pada kasur kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di
atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur.
Posisi menggangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil
beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah
jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang
seringkali menjadi kebiasan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan
aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan
aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik
turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari
3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
c) Olahraga
Olahraga
yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah tempat. Porsi latihan
yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap orang memiliki batas gerak
tubuh yang berbeda. Gerak otot dan tulang yang terlalu di forsir dapat menyebabkan
cedera otot dan persendian.
d) Vibrasi
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh manusia,
khususnya terhadap orang-orang di dalamnya. Selain dari kuitantitas frekuensi
yang juga berpengaruh adalah intensitas, arah, serta durasi getaran. Secara
biologis, tubuh manusia terdiri dari massa yang tidak homogen serta berupa
sistem yang non-linier. Dalam hal ini, frekuensi getaran bebas sebesar 4 sampai
5 Hz-lah yang paling banyak pengaruhnya.
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding perut
dan dada, serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut. Akibat
getaran yang terus-menerus dan tak tertahankan, seorang bisa menderita nyeri
kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot, dan jaringan ikat di bagian
punggung.
4.
Pemeriksaan Fisik
a)
Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga
cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku
penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
b)
Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c)
Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur).
d) Palpasi :
apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping
tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus
menimbulkan rasa nyeri (spurling sign).
e)
Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.
5. Pola pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
a)
Aktivitas dan istirahat
Gejala :
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam
waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari
ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.
Tanda :
Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan
b)
Eliminasi
Gejala :
Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi
urine
c) Integritas Ego
Gejala :
Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga.
Tanda :
Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d) Neurosensori
Gejala :
Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda :
Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme
pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi
pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih
berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara
“krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”,
keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda :
Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan
cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f) Keamanan
Gejala :
Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi, kompresi
syaraf).
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi, kontraktur.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.
2.1.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (trauma jaringan, inflamasi, kompresi
syaraf).
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan
DS:
·
Laporan secara verbal
DO:
·
Posisi untuk menahan nyeri
·
Tingkah laku berhati-hati
·
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
·
Terfokus pada diri sendiri
·
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
·
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
·
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
·
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
·
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
·
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
|
NOC :
·
Pain Level,
·
pain control,
·
comfort level
Setelah
dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan
kriteria hasil:
·
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
·
Tanda vital dalam rentang normal
·
Tidak mengalami gangguan tidur
|
NIC :
·
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
·
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
·
Kurangi faktor presipitasi nyeri
·
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
·
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
·
Tingkatkan istirahat
·
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
·
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
|
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan mobilitas fisik
Berhubungan dengan :
·
Gangguan metabolisme sel
·
Keterlembatan perkembangan
·
Pengobatan
·
Kurang support lingkungan
·
Keterbatasan ketahan kardiovaskuler
·
Kehilangan integritas struktur tulang
·
Terapi pembatasan gerak
·
Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
·
Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia
·
Kerusakan persepsi sensori
·
Tidak nyaman, nyeri
·
Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
·
Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
·
Depresi mood atau cemas
·
Kerusakan kognitif
·
Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa
·
Keengganan untuk memulai gerak
·
Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning
·
Malnutrisi selektif atau umum
DO:
·
Penurunan waktu reaksi
·
Kesulitan merubah posisi
·
Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai langkah pendek)
·
Keterbatasan motorik kasar dan halus
·
Keterbatasan ROM
·
Gerakan disertai nafas pendek atau tremor
·
Ketidak stabilan posisi selama melakukan ADL
·
Gerakan sangat lambat dan tidak terkoordinasi
|
NOC :
·
Joint Movement : Active
·
Mobility Level
·
Self care : ADLs
·
Transfer performance
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan
kriteria hasil:
·
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
·
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
·
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
·
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
|
NIC :
Exercise therapy :
ambulation
·
Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
·
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
·
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
·
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
·
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
·
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
·
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
·
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
·
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
|
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyaman.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan:
·
Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia, suhu tubuh,
pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.
·
Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol tidur,
pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual,
posisi, urgensi urin.
DS:
·
Bangun lebih awal/lebih lambat
·
Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur
DO :
·
Penurunan kemempuan fungsi
·
Penurunan proporsi tidur REM
·
Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.
·
Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur
·
Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia
|
NOC:
·
Anxiety Control
·
Comfort Level
·
Pain Level
·
Rest : Extent and Pattern
·
Sleep : Extent ang Pattern
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
·
Jumlah jam tidur dalam batas normal
·
Pola tidur,kualitas dalam batas normal
·
Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat
·
Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
|
NIC :
Sleep Enhancement
·
Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
·
Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
·
Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
(membaca)
·
Ciptakan lingkungan yang nyaman
·
Kolaburasi pemberian obat tidur
|
2.1.3 Implementasi
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.
a. Melakukan observasi nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
b. Mengobservasi reaksi abnormal dari
ketidaknyamanan.
c. Mengajarkan teknik non farmakologi.
d. Meningkatkan istirahat.
e. Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme
otot dan berkurangnya kelenturan.
a.
Memonitor
TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
b.
Mengobservasi
kemampuan klien dalam mobilisasi.
c.
Mengajarkan
pasien tentang teknik ambulasi.
d.
Melatih
pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.
e.
Mendampingi
dan membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien.
f.
Memberikan
alat bantu jika diperlukan.
3. Gangguan
pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.
a.
Mengobservasi pola tidur / pola aktivitas.
b. Mengajurkan
klien tidur secara teratur.
c. Menjelaskan
tentang pentingnya tidur yang cukup
selama sakit dan terapi.
d. Memonitor
pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur.
e. Mendiskusikan
pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur.
2.1.4 Evaluasi
Diagnosa 1:
1. Menghilangkan nyeri
hilang/terkontrol
2. Mengungkapkan metode yang memberikan
penghilangan
3. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya
keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.
Diagnosa 2:
1.
Mengungkapkan pemahaman tentang
situasi/faktor resiko dan aturan pengobatan individual
2.
Mendemontrasikan teknik/perilaku
yang mungkin
3.
Mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan/atau kompensasi
Diagnosa 3:
Gangguan
pola tidur teratasi dan pasien memperoleh istirahat yang cukup.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth. 1999. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta :
EGC
Lukman. Ddk, 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta: Penerbit Salemba.
Mutakin
Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika
semoga bermanfaat untuk kita semua
Salam Stikes Buleleng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar