Jumat, 01 April 2016

PERSALINAN NORMAL





LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL




Lalu Baharuddin
NIM,




PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2016

                    


LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL






A.    Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,2006).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu) ,lahir spontan dengan presentabelakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin.(Wiknjosastro,2009)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.(FK UNPAD, 2007)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18-24 jam,dengan letak janin belakang kepala.( Varneys,2008)
Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil,persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar melalui vagina secara spontan pada kehamilan cukup bulan tanpa bantuan alat dan tidak terjadi komplikasi pada ibu ataupun pada janin dengan presentasi belakang kepala berlangsung dalam kurang dari 24 jam.(Varneys,2003; FK UNPAD, 1983; Wiknjosastro,2007
B.     Etiologi
1.      Teori Penurunan Hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2.      Teori Plasenta Menjadi Tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.      Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4.      Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

C.    Klasifikasi
Adapun persalinan klasifikasi persalinan berdasarkan caranya menurut Mansjoer. (2006).  yaitu :
1.      Persalinan biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayidengan kekuatan ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung <24 jam.
2.      Partus luar biasa (abnormal) adalan persalinan dengan bantuan alat-alat ataumelalui dinding perut dengan operasi SC.
3.      Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinanditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
D.    Tanda-Tanda Mulainya Persalinan
Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening  yaitu terbenamnya kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit  melebatnya simfisis. Sering  buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kendung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang yang dapat menimbulkan distenfensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan (Forrer, 2001).
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering  atau  susah  buang  air  kecil karena  kandung  kemih  tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (Mochtar  2012)
E.     Patofisiologi
Kala I Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).Proses ini berlangsung antara 18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:Fase laten berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangatlambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm.Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu : Fase akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm tersebutmenjadi 4cm. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multi gravid pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida, pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada multigrvida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atausudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaanhampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5 cm, disebut ketuban pecah dini Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka, labiamulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
Pada kala III Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai. 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Pada kala IV Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500 cc adalah perdarahan abnormal.( Prawirohardjo,2007)
















F.    
Factor hormone
Factor saraf
Factor kekuatan flasentan
Factor nutrisi
 
WOC( wobe of coution)
 


Kehilngan darah
 
Kontraksi uretra
 
Menekan saraf / peregangan janin
 
Bayi lahir
 
Kepala janin turun
 
Pembukaan sevik 10 cm
 
                                     Kala II                                               Kala III                                                                      Kala IV





G.    Komplikasi
1.      Persalinan lama
2.        Perdarahan pasca persalinan
3.         Malpresentasi dan malposisi
4.       Distosia bahu
5.      Distensi uterus
6.       Persalinan dengan parut uterus
7.       Gawat janin
8.        Prolapsus tali pusat
9.       Demam dalam persalinan
10.  Demam pasca persalinan
H.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
2.      Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
3.      Pemeriksaan darah
4.      Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
5.      Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
6.      Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama
I.       Penatalaksanaan
      1.   Memimpin persalinan dengan mengajarkan ibu untuk mengejan setiap ada his dengan cara tarik nafas sedalam mungkin dipertahankan dengan demikian diafragma membantu otot dinding rahim mendorong ke arah jalan rahim.Bila kontraksi hilang ibu dianjurkan nafas dalam secara teratur
      2.    Demikian seterusnya sampai kepala anak akan lahir lalu ibu diminta untuk bernafas hal ini agar perinium meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala tidak terlalu cepat
      3.   Menolong melahirkan kepala
a.       Letakkan satu tangan pada kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
b.      Menahan perinium dengan satu tangan lainnya yang dialasi duk steril agar tidak terjadi robekan.
c.       Setelah muka bayi lahir diusap dengan kasa steril untuk membersihkan dari kotoran
d.      Melahirkan bayi
Periksa tali pusat. Bila ada lilitan tali pusat dilonggarkan dulu dan bila lilitan terlalu erat maka diklem pada dua tempat dan dipotong sambil melindungi leher anak.
      4.   Melahirkan anak dan anggota seluruhnya
a.       Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi (biparietal)
b.      Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarikan ke atas untuk melahirkan bahu belakan
c.       Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh seluruhnya.
      5.   Merawat bayi
a.       Pegang erat bayi agar jangan jatuh, letakkan di perut ibu.
b.      Bebaskan jalan nafas bayi dengan menghisap lendir dari mulut dan hidung bayi
c.       Potong tali pusat yang sebelumnya diklem 15 cm dari perut bayi dan klem kedua 2 cm dari klem pertama lalu dipotong diantaranya, kemudian dijepit atau ditali, dibungkus kasa betadin atau kasa alkohol 70%
d.      Setelah bayi lahir jangan lupa perhatikan perdarahan, kontraksi uterus dan robekan perinium. Jika ada dilakukan penjahitan

J.      Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian kala I
A. Fase laten
1). Integritas ego : senang atau cemas
2)  Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Kontraksi regular, frekuensi, durasi, dan keparahan
b. Kontraksi ringan masing-masing 5-30 menit berkisar 10-30
detik
3) Keamanan : irama jantung janin paling baik terdengar pada
umbilicus
4) Seksualitas :
a. membrane makin tidak pecah.
b. Cerviks dilatasi 0 – 4 cm bayi mungkin pada 0 (
primigravidarum ) atau dari 0 - ±2 cm ( multigravida ).
b.      Rabas vagina sedikit, mungkin lender merah muda show”), kecoklatan,
atau terdiri dari plak lendir.
B.        Fase aktif
1)      Aktivitas/istirahat : dapat menunjukan bukti kelelahan
2)      Integritas ego
a.         Dapat lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan.
b.         ketakutan tentang kemampuan pengendalian pernafasan dan atau melakukan teknik relaksasi.
3)      Nyeri/kenyamanan: kontraksi sedang t iap 3,5 -5 menit berakhir 30-40 menit
4) Keamanan :
a. Irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada posisi vertex.
b. Denyut jantung janin ( DJJ ) bervariasi dan perubahan periodik umumnya tramati pada respons terhadap kontraksi, palpasi abdominal, dan gerakan janin.
5) Seksualitas :
a. Dilatasi serviks dari kira-kira 4 sampai 8 cm ( 1,5 cm/jam miltipara, 1,2 cm/jam nulipara ).
b. Perdarahan dalam jumlah sedang.
c. Janin turun ±1-2 cm dibawah tulang iskial .
C. Fase transisi
1) Sirkulasi : TD meningkat 5-10 mmHg diatas nilai normal kien,
nadi meningkat.
2) Integritas ego :
a.  Perilaku peka.
b. Munkin mengalami kesulitan mempertahankan control.
c. Memerlukan pengingat tentang pernafasan.
d.  Mungkin amnestik, dapat menyatakan “ saya tidak tahan lagi “ .
3)  Eliminasi : dorong untuk menghindari atau defekasi melalui fekal ( janin pada posisi posterior).
4) Makanan/ cairan : terjadi mual muntah.
5) Nyeri / ketidaknyamanan :
a.    Kontraksi uterus kuat setiap 2-3 menit dan berakhir 45-60 detik
b.    Ketidaknyamanan hebat pada area abdomen / sakral.
c.    Dapat menjadi sangat gelisah.
d.   Menggeliat-geliat karena nyeri / ketakutan
6.     Eliminasi :
a.       Hemoroid sering ada dan menonjol.
b.       Kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis pubis atau kateter
c.       urinarius terpasang.
7.     Dieresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliaran urinarius, dan atau cairan I.V. diberikan selama persalinan dan kelahiran.
8.     Makananatau cairan : dapat mengeluh haus, lapar, atau mual.
9.     Neurosensori :
b.      Sensasi dan gerakkan ekstermitas bawah menurun pada adanya anesthesia spinal atau analgesia kaudal/epidural.
c.       Hiperrefleksia mungkin ada ( menunjukan terjadinya atau
d.      menetapnya hipertensi, khususnya pada diabetika, remaja, atau
e.       klien primipara)
10     Nyeri atau ketidaknyamanan : dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber; mis, setelah nyeri, trauma jaringanatau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dinginatau otot tremor dengan “ menggigil “

K.    Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko timggi kekurangan voleme cairan b.d kehilangan cairan aktif
2.      Resiko infeksi b.d episiotomy pada vagina
3.      Gangguan pertukaran b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi

L.     Intervensi keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan criteria Hasil
Intervensi
1











2





























3
Defisit Volume Cairan










Nyeri b.d




































Resiko infeksi b.d proses episiotomi




NOC:
1.        Fluid balance
2.       Hydration
3.       Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
1.        Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
2.       Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3.       Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan











NOC :
1.          Pain Level,
2.       Pain control,
3.       Comfort level
Kriteria Hasil :
1.     Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal


















NOC :
1.      Immune Status
2.      Knowledge : Infection control
3.      Risk control
Kriteria Hasil :
1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
3.      Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4.      Jumlah leukosit dalam batas normal
5.      Menunjukkan perilaku hidup sehat



NIC :
Fluid management
1.      Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2.       Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3.       Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
4.       Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
5.       Monitor vital sign
6.       Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
7.       Kolaborasi pemberian cairan IV
8.       Monitor status nutrisi
9.       Berikan cairan
10.    Berikan diuretik sesuai interuksi
11.    Berikan cairan IV pada suhu ruangan
12.    Dorong masukan oral
13.    Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
14.    Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

Pain Management

§  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
§  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§  Kurangi faktor presipitasi nyeri
§  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
§  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§  Tingkatkan istirahat
§  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
§  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala








NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
·         Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
·         Pertahankan teknik isolasi
·         Batasi pengunjung bila perlu
·         Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
·         Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
·         Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
·         Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
·         Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
·         Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·         Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
·         Tingktkan intake nutrisi
·         Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
·         Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·         Monitor hitung granulosit, WBC
·         Monitor kerentanan terhadap infeksi
·         Batasi pengunjung
·         1eSaring pengunjung terhadap penyakit menular
·         Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
·         Pertahankan teknik isolasi k/p
·         Berikan perawatan kuliat pada area epidema
·         Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·         Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
·         Dorong masukkan nutrisi yang cukup
·         Dorong masukan cairan
·         Dorong istirahat
·         Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
·         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·         Ajarkan cara menghindari infeksi
·         Laporkan kecurigaan infeksi
·         Laporkan kultur positif



Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda juall. (2007). Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta
Kusuma,.K. 2013 Asuhan Keperawata berdasarkan Nanda Nic-Noc.Yogjakarta: salemba Medika
Jones. (2001). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi,  Edisi 6. Alih Bahasa Hadyanto. Jakart
Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC.Manuaba, IB. 2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta: EGC.Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan BimaPustaka Sarwana Prawirohardjo





Tidak ada komentar:

Posting Komentar