Kamis, 10 Maret 2016

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER



LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
DI RUANG SAKURA PADA TANGGAL 10 NOVEMBER 2015




1.    Konsep Dasar Dengue Haemorrhagic Fever
a)        Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriad,2010,hal 57)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam
2)      Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
a)    Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
b)   Hidup didalam dan sekitar rumah
c)    Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
d)   Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
e)    Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
Virus Dengue termasuk kedalam arbovirus (arthropodborn virus) group B. Vektor utamanya adalah nyamuk adec aegypti disamping pula aedec albopictrs. Menurut Ilmu Penyakit Dalam jilid I edisi III bahwa etiologi dari Dengue Haemorrhgie Fever dibagi menjadi 3  yaitu :
1)        Virus dengue
7
 
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus (arthopodborn virus) group B dari tipe virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4. Keempat virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya secara serologis, virus dengue yang termasuk dalam genus Hauirus ini berdiameter 40 monometer dapat berkembang dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan Baik yang yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel antropoda misalnya Aedes Albopictus.
2)        Vektor
Virus dengue 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk Abdes aegypti, nyamuk aedes polnesiensi dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya. Nyamuk Aedes Aegpti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain.
3)        Host
Jika secorang mendapat infeksi dengue untuk yang pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue Haemoragie lever akan terjadi jika jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih.
3)      Klasifikasi
            Klasifikasi berdasarkan derajat beratnya penyakit adalah :
1)        Derajat I terdapat demam 2–7 hari disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, satu-satunya tanda perdarahan dari uji teniguet positif.
2)        Derajat II derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit/tempat lain.
3)        Derajat III, ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda dini renjatan)
4)        Derajat IV, renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

4)      Tanda Dan Gejala
1.      Demam.
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2.      Perdarahan.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat (Ngastiyah, 1995 ; 349).


3.      Hepatomegali.
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
4.      Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
5)      Patofisologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.










6)      WOC  Web of. Caution DHF
-          Hipotensi
-          Hemokensentrasi
-          Hipoproteinemia
-          Syok hipvolemik

 
Infeksi Virus Dengue
Komplikasi
 
Virus Masuk ke dalam Tubuh
DHF
 

Agregasi trombosit
 
Peningkatan Suhu tubuh
 
Peningkatan Permeabilititas kapiler
 
Patofisiologi
 
Pelepasan trombosit oleh RES
 
Reabsorpsi na+
Air meningkat
 
Nyeri otot/sendi
Nyeri kepala
Pegal-pegal
 
Perdarahan spontan
 
Trombositopenia
 
Volume plasma berkurang
-     Hipoentensi
-     Hemokonsentrasi
-     Hipoproteinemia
 




Anoreksia Mual mutah
 










7)      Pemeriksaan Penunjang DHF
1)      Uji Torniquet
Tes tourniquet (Rumpel-Lende)/ tes kerapuhan kapiler merupakan metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Penilaian kerapuhan dinding kapiler digunakan untuk mengidentifikasi trombositopinia. Metode ini merupakan syarat diagnosis DBD menurut WHO. Langkah tes torniquet :
a.       Pra Analitik
·         Persiapan pasien : tidak memerlukan persiapan khusus
·         Prinsip : Membuat kapiler anoksia dengan membendung daerah vena. Dengan terjadinya anoksia dan penambahan tekanan internal akan terlihat kemampuan kapiler bertahan. Jika ketahanan kapiler turun akan timbul petechie  dikulit
·         Alat bahan : tensimeter, stetoskop, timer, spidol
b.      Analitik
·         Pasang manset tensimeter pada lengan atas. Tentukan tekanan sistolik (TS) dan tekanan diastolik (TD)
·         Buat lingkaran pada volar lengan bawah dengan radius 3cm,
·         Pasang lagi tensimeter dan buatlah tekanan sebesar ½ x (TS+TD), pertahankan tekanan ini selama 5 menit.
·         Longgarkan manset lalu perhatikan ada tidaknya petechie dalam lingkaran yang dibuat
c.       Post Analitik
·         < 10 : normal/negatif
·         10-20 : dubia (ragu-ragu)
·         >20 : abnormal (positif)

2)      Labolatorium
a.         Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
b.         Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
c.         Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
d.        Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
e.         Hemokonsentrasi yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan tekanan  darah dan nadi, oleh kerena itu pemeriksan hematokrit secara berkala dapat menentukan sat yang tepat penghentian pemberian cairan atau darah.
f.          Trombositopenia, akan terjadi penurunan trombosit sampai dibawah 100.000 mm3
g.         Sediaan hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang  menandakan terjadinya hemolisis
h.         Sumsum tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai hiperplasi sistem RE dan terdapatnya makrofag dengan fagositosis dari bermacam jenis sel
i.           Elektrolit, : hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena adanya kebocoran plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang
j.           Hiperkalemi , asidosis metabolic
k.         Tekanan onkotik koloid menurun, protein plasma menurun, Serum transaminasi meningkat.
8)      Penatalaksanaan
1)      Indikasi rawat tinggal
a)      Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
b)      Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
c)      Panas disertai perdarahan
d)     Panas disertai renjatan.

2)      Fase Demam
Hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal. Bila cairan oral tidak dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, namun antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.

3)      Penggantian Volume Plasma
Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.
Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan. Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%), seperti tertera pada tabel dibawah ini :



Kebutuhan cairan pada dehidrasi sedang (defisit cairan 5 – 8 %)
Berat Badan waktu masuk RS ( kg )
Jumlah cairan ml/kg berat badan per hari
<7
220
7 - 11
165
12-18
132
>18
88

Kebutuhan cairan Rumatan
Berat Badan ( kg )
Jumlah cairan ml
10
100 per kg BB
10 - 20
1000 + 50 x kg (diatas 10 kg)
>20
1500 + 20 x kg (diatas 20 kg)

Jenis Cairan (rekomendasi WHO)
a.       Kristaloid
·         Larutan ringer laktat (RL)
·         Larutan ringer asetat (RA)
·         Larutan garam faali (GF)
·         Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
·         Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
·         Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)
·         (Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran)
b.      Koloid
·         Dkstran 40
·         Plasma
·         Albumin
4)      Syok Sindrom Dengue
a.       Penggantian volume segera
·         Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20 ml/kg BB. Tetesan  diberikan secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai berat BB ideal danumur 10 mm/kg BB/jam.
·         Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum dapat teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam.
·         Bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan.
·         Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar.
·         Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi, maka berikan darah dalam volume kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kgBB/ 24 jam.
·         Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dankadar hematokrit.
Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dankadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10 ml/kg BB/jam dankemudian disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selama 24-48 jam.
b.    Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit
Hiponatremia danasidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka analisis gas darah dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat.
9)    Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1)    Perdarahan luas.
2)    Shock atau renjatan.
3)    Effuse pleura
4)    Penurunan kesadaran

B)      KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN
1)      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data, pengelompokan data, analisa data dan menentukan diagnosa keperawatan. Adapun data yang perlu dikaji adalah data subyektif dan data obyektif.

1)      Identitas
Pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat, dll.
Penanggung : nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, dll.
a)         Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri hulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
b)        riwyat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurunRiwa
c)         Riwayat penyakit terdahulu
d)        Riwayat penyakit keluarga
     Riwayat adanya penyakit DHF pada keluarga yang lain sangat menentukan karena DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty.
e)         Riwayat kesehatan lingkungan
Biasanya lingkungan yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung.
f)         Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi secara head to toe.
g)        Pemeriksaan yang lain (per sistem)
i) Sistem pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi/ krakels.
j)     Sistem kardiovaskuler
Pada grade I padat terjadi hemokonsentrasi, uji torniquet +, trombositopeni pada grade III, dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat-lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
k)   Sistem persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran.
l)     Nutrisi
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan.
m)       Sistem pencernaan
Nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, dapat hematemesis/ melena.
o)        Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/ jam, nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.
p)        Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering pada grade I, terdapat hasil + pada uji torniquet, terjadi ptekie, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit
q)        Aktivitas
Kelelahan, kelemahan, ketidakmampuan melaksanakan aktivitas.
r)     Sirkulasi
Terjadi gangguan sirkulasi : membran mukosa pucat
s)    Integritas ego
Adanya perasaan tidak berdaya, menangis, ansietas.
2)      Diagnose Keperawatan
1)         Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
2)         Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d peningkatan permeabilitas kapiler
3)         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reaksi inflamasi virus dengue ditandai dengan mual, muntah, dan anoreksia
4)         Risiko terjadinya perdarahan b/d trombositopeni
5)         Risiko shock hivopolemik b/d perdarahan
6)        


3)         Intervensi
1)         Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC :Fever treatment
v  Monitor suhu sesering mungkin
v  Monitor IWL
v  Monitor warna dan suhu kulit
v  §  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
v  §  Monitor penurunan tingkat kesadaran
v  §  Monitor WBC, Hb, dan Hct
v  Monitor intake dan output
v  Berikan anti piretik
v   Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
v  Selimuti pasien
v  Lakukan tapid sponge
v  Kolaborasipemberian cairan intravena
v  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
v  Tingkatkan sirkulasi udara
v  Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
v  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
v  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
v  Monitor TD, nadi, dan RR
v  Monitor warna dan suhu kulit
v  Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
v  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
v  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
v  Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
v  Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
v  Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
v  Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
v  Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring
v  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
v  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
v  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
v  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
v  §  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
v  §  Monitor kualitas dari nadi
v  §  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
v  §  Monitor suara paru
v  §  Monitor pola pernapasan abnormal
v  §  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
v  §  Monitor sianosis perifer
v  §  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
v  §  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2)         Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d peningkatan permeabilitas kapiler
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan perdarahan, mual dan muntah
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC : Fluid management
v  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
v  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
v  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
v  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
v  Monitor vital sign
v  Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
v  Kolaborasi pemberian cairan IV
v  Monitor status nutrisi
v  Berikan cairan
v  Berikan diuretik sesuai interuksi
v  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
v  Dorong masukan oral
v  Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
v  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
v  Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
v  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
v  Atur kemungkinan tranfusi
v  Persiapan untuk tranfusi



3)         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reaksi inflamasi virus dengue ditandai dengan mual, muntah, dan anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reaksi inflamasi virus dengue ditandai dengan mual, muntah, dan anoreksia
NOC :
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Nutritional Status : nutrient Intake
Weight control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
Nutrition Management
v  §  Kaji adanya alergi makanan
v  §  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
v  §  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
v  §  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
v  §  Berikan substansi gula
v  §  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
v  §  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
v  §  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
v  §  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
v  §  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
v  §  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

v  Nutrition Monitoring
v  §  BB pasien dalam batas normal
v  §  Monitor adanya penurunan berat badan
v  §  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
v  §  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
v  §  Monitor lingkungan selama makan
v  §  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
v  §  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
v  §  Monitor turgor kulit
v  §  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
v  §  Monitor mual dan muntah
v  §  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
v  §  Monitor makanan kesukaan
v  §  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
v  §  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
v  §  Monitor kalori dan intake nuntrisi
v  §  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
v  §  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet



4)         Risiko terjadinya perdarahan b/d trombositopeni
Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia
NOC :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien selama 1 x 24 jam diharapkan perdarahan tidak terjadi dengan kriteria hasil :
  1. Tanda – tanda infeksi tidak ada
  2. Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit
  3. Jumlah trombosit normal







NIC :
  1. Kaji adanya perdarahan
  2. Monitor tanda-tanda vital
  3. Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
  4. Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
  5. Monitor hasil darah, Trombosit
  6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena


5)      Risiko shock hivopolemik b/d perdarahan
Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
NOC :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien selama 1 x 24 jam diharapkan shock hipovolemik dapat teratasi dengan kriteria hasil :
  1. Kesadaran compos mentis
  2. Mukosa bibir lembab
  3. Turgor elastis
NIC :
  1. Observasi tingkat kesadaran klien
  2. Monitor  tanda-tanda vital
  3. Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
  4. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
  5. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan

3)      Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dalam rencana perawatan


4)      Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan setelah pasien memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai dengan rencana tujuan dalam merencanankan serta pasien pulang.Adapun evaluasi yang diharapkan pada pasien DHF adalah :
  1. Cairan yang berada didalam tubuh seimbang
  2. Pengetahuan pasien bertambah
  3. Shock hipovolemik dapat teratasi
  4. Pemenuhan nutrisi teratasi
  5. Suhu tubuh pasien normal
Perdarahan dapat teratasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar