Kamis, 10 Maret 2016

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUS NORMAL



LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUS NORMAL

A.      KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    Definisi
  1. Masa nifas atau post partum merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Marmi, 2011).
  2. Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
  3. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

2.    Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha 2009 adalah sebagai berikut:
  1. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, teknan darah, dan suhu.
  1. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
  1. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling keluarga berencana.

3.    Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ reproduksi yaitu :
a.     Sistem Reproduksi
1)   Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi
                        Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI
TFU
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta lahir
± 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis
± 1000 gram
1 minggu
Pertengahan  antara umbilikus dan simfisis pubis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba di atas simfisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50-60 gram










Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Selama 1 samapi 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2)   Vagina dan Perineum
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia :
a)    Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b)   Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c)    Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d)   Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu. Hemoroid biasanya akan terlihat pada ibu yang memiliki riwayat hemoroid dan karena mengedan terlalu kuat.
3)   Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi. Perubahan yang terjadi pada payudara meliputi :
a)    Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak
b)   Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung banyak protein albumin dan globulin yang baik untuk meningkatkan sistem imunitasi bayi
c)    Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma

b.    Sistem Pencernaan
1)   Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2)   Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3)   Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
c.     Sistem Perkemihan
1)   Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adaya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex berkemih, penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dpat menyebabkan pendarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah bayi lahir.
d.    Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh dara seperti spider angioma (nevi), eritema palmar biasanya berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Diaforesis adalah perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.

4.    Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan lain yakni hemokonsentrasi dan timbulonya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera setelah post partum entuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk seperti cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desisua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi sisa-sisa sel desisua basalis yang memakai waktu 2 – 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fascia yang merenggang sewaktu kehamilan dan partus setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala. Nifas dibagi dalam tiga periode :
1.        Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
2.        Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.        Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.















5.    Pathway



 


















6.    Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
a.    Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
b.    Keadaan umum: TTV, selera makan dan lain-lain
c.    Payudara: air susu, putting
d.   Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
e.    Sekres yang keluar atau lochea
f.     Keadaan alat kandungan

7.    Komplikasi
a.    Pembengkakan payudara
b.    Mastitis (peradangan pada payudara)
c.    Endometritis (peradangan pada endometrium)
d.   Post partum blues
e.    Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.

8.    Penatalaksanaan Medis
a.    Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b.    6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c.    Hari ke- 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d.   Hari ke- 2: mulai latihan duduk
e.    Hari ke- 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B.       KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
a.    Identitas
Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
b.    Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini.
c.    Riwayat Obstetri
1)      Riwayat menstruasi
2)      Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
d.   Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
1)      Tipe persalinan
2)      Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
3)      Penggunaan analgesik dan anastesi
4)      Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
5)      Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
e.    Keadaan Bayi
Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
f.     Riwayat Keluarga Berencana
Apakah klien melaksanakan KB
1)      Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
2)      Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
3)      Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
g.    Riwayat Kesehatan
1)      Penyakit yang pernah dialami klien.
2)      Pengobatan yang pernah didapat.
3)      Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.
h.    Kebutuhan Dasar Khusus
1)      Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
2)      Pola eliminasi/sistem urogenital.
a)      Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
b)      Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
c)      Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
d)     Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
3)      Pola personal hygiene.
Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi, oral hygiene, maupun cusi rambut.
a)    Pola istirahat dan tidur.
     Kurang tidur, mengantuk.
b)    Pola aktivitas dan latihan.
     Terganggu karena nyeri.
c)    Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
     Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat.
d)   Seksualitas/reproduksi
     Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri.
e)    Peran
     Perubahan peran sebagai ibu.
f)     Persepsi diri/konsep diri
     Penilaian citra tubuh terganggu.
g)    Kognitif perceptual
     Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.
i.      Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan Umum
a)    GCS                                         
b)    Tingkat Kesadaran                 
c)    Tanda-Tanda Vital
(1)    Jam I            :     tiap 15 menit
(2)    Jam II           :     tiap 30 menit
(3)    24 jam I        :     tiap 4 jam
(4)    Setelah 24 jam    : tiap 8 jam
2)      Head to toe
a)    Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
b)    Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
c)    Leher
(1)Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
(2)Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
d)   Thorak
(1)   Payudara
§  Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting mudah erektil.
§  Pruduksi colostrums 48 jam.
§  Memeriksa pada payudara jika terdapat massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
(2)   Jantung
§  Tanda-tanda vital
-      Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
§  Volume darah
-      Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
-      Persalinan normal : 200 – 500 cc.
§  Perubahan hematologik
-          Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
§  Jantung
-      Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
(3)   Paru
§  Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
e)    Abdomen
(1)   Memeriksa bising usus pada empat kuadran.
(2)   Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus.
(3)   Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
(4)   Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
f)     Genetalia
(1)   Uterus
§  Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
(2)   Lochea
§  Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
§  Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
§  Tahap
-          Rubra (merah) : 1-3 hari.
-          Serosa (pink kecoklatan)
-          Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
§  Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
§  Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
(3)   Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
(4)   Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
g)    Perinium dan Anus
(1)   Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of approximation)
(2)   Pemeriksaan adanya hemoroid.
h)    Ekstremitas
(1)   Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
(2)   Apakah ada varises.
(3)   Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi hypo atau hyper.
(4)   Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

2.     Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara).
b.      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c.       Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir
3.    Intervensi Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ( peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara)














NOC :
v  Pain Level,
v  Pain control,
v  Comfort level
Kriteria Hasil :
v  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v  Tanda vital dalam rentang normal

Pain Management

§  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
§  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
§  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§  Kurangi faktor presipitasi nyeri
§  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
§  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§  Tingkatkan istirahat
§  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
§  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§  Cek riwayat alergi
§  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
§  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
§  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
§  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2.
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebih; perdarahan; diuresis; keringan berlebihan



NOC:
v  Fluid balance
v  Hydration
v  Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
v  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
v  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
v  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Fluid management
·         Timbang popok/pembalut jika diperlukan
·         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
·         Monitor vital sign
·         Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
·         Lakukan terapi IV
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan
·         Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·         Dorong masukan oral
·         Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
·         Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
·         Atur kemungkinan tranfusi
·         Persiapan untuk tranfusi
3.
Resiko infeksi berhubungann dengan trauma jalan lahir
-           
NOC :
v  Immune Status
v  Knowledge : Infection control
v  Risk control
Kriteria Hasil :
v  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
v  Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
v  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
v  Jumlah leukosit dalam batas normal
v  Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
·         Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
·         Pertahankan teknik isolasi
·         Batasi pengunjung bila perlu
·         Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
·         Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
·         Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
·         Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
·         Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
·         Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·         Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
·         Tingktkan intake nutrisi
·         Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
·         Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·         Monitor hitung granulosit, WBC
·         Monitor kerentanan terhadap infeksi
·         Batasi pengunjung
·         Saring pengunjung terhadap penyakit menular
·         Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
·         Pertahankan teknik isolasi k/p
·         Berikan perawatan kuliat pada area epidema
·         Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·         Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
·         Dorong masukkan nutrisi yang cukup
·         Dorong masukan cairan
·         Dorong istirahat
·         Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
·         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·         Ajarkan cara menghindari infeksi
·         Laporkan kecurigaan infeksi
·         Laporkan kultur positif

4.    Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi

5.    Evaluasi
a.       Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital dalam rentang normal
b.      Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal, tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
c.       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat





DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. (2009). Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta

Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta

Kusuma,.K. 2013 Asuhan Keperawata berdasarkan Nanda NIC-NOC.Yogjakarta: salemba Medika

Jones. (2011). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi,  Edisi 6. Alih Bahasa Hadyanto. Jakarta

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC.Manuaba, IB. 2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta: EGC.Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan BimaPustaka Sarwana Prawirohardjo








Tidak ada komentar:

Posting Komentar